Selasa, 17 Juli 2012

Cerita konyol #1- Dikejar Anjing

Masih teringat dalam ingatanku, ketika kecil dulu, aku suka bermain kemana pun aku suka. Aku pergi ke taman bermain yang jauh dari rumah. Parahnya, pernah suatu ketika tanpa berpamitan dengan orang tua sebelumnya. Dulu aku sangat bolang dengan beberapa saudaraku. Kami sering bermain ke komplek seberang yang di sana terdapat taman bermain layaknya taman kanak-kanak. Hingga pulang-pulang, suatu hari aku ngos-ngosan lantaran dikejar anjing suruhan pak satpam karena kenakalan yang kubuat di taman bermain itu.

Ah.. Konyol memang.. jika kuingat, pikiran anak kecil kelas 3 SD-an itu masih sangat polos. Entah mengapa pikiranku saat itu tiba-tiba terlintas ingin meluncurkan sepeda kecilku ke atas sebuah perosotan di taman bermain itu. Yang terbayang di otakku, pastilah sepeda itu akan meluncur mulus ke bawah tanah, menggelinding dan itu semua sudah tergambar sempurna di otakku. Kuutarakan ide konyolku itu pada kakak sepupuku yang juga kabur bermain bersamaku saat itu. Tapi.. ternyata sulit menaikkan sepeda itu. Ternyata, Berat, walaupun sudah dibantu kakak sepupu. Tapi, dengan susah payah akhirnya sepeda itu pun naik. Tapi, sayangnya tidak seperti bayanganku di otak tadi, yang meluncur mulus, melainkan harus diturunkan dengan tangan kami sendiri. (Ya ampun dasar bocah. Ya iyalah, sepeda kan di goes naa’ naa’ {silakan geleng-geleng kepala}). Namun itulah ide gila yang dulu aku miliki. (namanya juga anak kecil, suka aneh pikirannya).
Yang terkejut adalah, belum sampai sepeda itu ke tanah, segerombolan anjing berlarian menuju kami. Aku, kakak sepupu perempuanku, dan juga adik laki-laki kecil kakak sepupuku yang baru 5 tahunan itu, sangat terkejut dengan kejahilan pak satpam yang sengaja melepas anjing-anjing itu untuk mengejar kami. Akhirnya kami lari terbirit-birit dan aku sudah tak sempat lagi menyelamatkan sepedaku yang masih terjatuh di atas perosotan itu. Bahkan aku pun tak sempat lagi memakai sendal jepit putih bertali hijauku untuk menapak jalan saat aku berlarian di atas aspal. Kami bertiga berlari lalu berjongkok seperti yang pernah diajarkan pada kami kalau anjing-anjing itu mengejar. Tapi apa, alhasil anjing-anjing itu tetaplah mengejar kami. Sontak saat itu juga kami lanjutkan berlari menuju jalanan besar dan meninggalkan jauh taman bermain itu. Sementara kami bertiga capek berlarian, salah seorang teman kakakku yang ikut juga, dengan santainya mengayuh sepedanya dan sudah berada jauh di depan kami seakan tak seperti dikejar anjing. Kami berlarian hingga anjing itu tak mengejar kami lagi. Rasanya, nafas kami mau habis saat itu. Betapa kami sangat membenci pak satpam jahat itu. Apakah harus dengan cara seperti itu memperingatkan anak-anak kecil. Ga ada lagi kah cara lain yang lebih penyayang untuk memperingatkan kita anak kecil polos dan sok tahu ^_^.



Saat kami tengah berhenti dan menghirup nafas panjang, kami bertemu dengan seorang tukang jagung gerobak yang sedang berjualan. Karena kami masih takut pada anjing-anjing itu dan khawatir pak satpam yang jahat itu menyuruh anjingnya mengejar kami lagi, kami pun langsung meminta bantuan ke abang tukang jagung tersebut untuk mengambilkan sepeda dan sandalku yang tadi tertinggal. Kami utarakan kronologis kejadian dengan singkat, lalu sejurus kemudian abang jagung bersedia membantu kami mengambil sepeda dan sandalku itu. Tak lama kami menunggu, akhirnya abang jagung pun kembali ke tempat kami beristirahat sejenak menghirup nafas tadi. Dan sepeda dan sandal itu pun akhirnya kembali. Terima kasih abang tukang jagung :D

Perjalanan yang meletihkan. Tak terbayang juga ketika kami harus berlari dengan adik kecil kakak sepupuku itu, rasanya terlalu tega membiarkan anak kecil umur 5 tahun dikejar segerombolan anjing. (Aku saja masih kecil, masih sempat berpikir, masih bisa bertanya pada hati nurani, lah ini, malah pak satpam itu apa gak mikir ya. Hmm). Kami semua nyaris jadi santapan anjing-anjing kelaparan. Alhamdulillah kami masih diberikan pertolongan oleh Allah dengan hadirnya abang jagung yang baik hati tadi.

Menjelang magrib, kami pulang ke rumah dengan wajah memerah seperti udang rebus dan nafas masih tersengal-sengal belum habisnya. Keringat tak henti-hentinya mengucur dan wajah diliput pasi. Kejadian hari itu, kami sembunyikan. Ayah dan ibu kami tak kami beritahu karena khawatir mereka akan memarahi kami. Bersyukurnya juga mereka tak curiga dan tak menanyakan apa-apa yang kami lakukan hari itu. Dan esok harinya, barulah kami berani bilang ^_^. Yang kami yakin, Allah bersama kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar