Selasa, 17 Juli 2012

Cerita konyol #1- Dikejar Anjing

Masih teringat dalam ingatanku, ketika kecil dulu, aku suka bermain kemana pun aku suka. Aku pergi ke taman bermain yang jauh dari rumah. Parahnya, pernah suatu ketika tanpa berpamitan dengan orang tua sebelumnya. Dulu aku sangat bolang dengan beberapa saudaraku. Kami sering bermain ke komplek seberang yang di sana terdapat taman bermain layaknya taman kanak-kanak. Hingga pulang-pulang, suatu hari aku ngos-ngosan lantaran dikejar anjing suruhan pak satpam karena kenakalan yang kubuat di taman bermain itu.

Ah.. Konyol memang.. jika kuingat, pikiran anak kecil kelas 3 SD-an itu masih sangat polos. Entah mengapa pikiranku saat itu tiba-tiba terlintas ingin meluncurkan sepeda kecilku ke atas sebuah perosotan di taman bermain itu. Yang terbayang di otakku, pastilah sepeda itu akan meluncur mulus ke bawah tanah, menggelinding dan itu semua sudah tergambar sempurna di otakku. Kuutarakan ide konyolku itu pada kakak sepupuku yang juga kabur bermain bersamaku saat itu. Tapi.. ternyata sulit menaikkan sepeda itu. Ternyata, Berat, walaupun sudah dibantu kakak sepupu. Tapi, dengan susah payah akhirnya sepeda itu pun naik. Tapi, sayangnya tidak seperti bayanganku di otak tadi, yang meluncur mulus, melainkan harus diturunkan dengan tangan kami sendiri. (Ya ampun dasar bocah. Ya iyalah, sepeda kan di goes naa’ naa’ {silakan geleng-geleng kepala}). Namun itulah ide gila yang dulu aku miliki. (namanya juga anak kecil, suka aneh pikirannya).
Yang terkejut adalah, belum sampai sepeda itu ke tanah, segerombolan anjing berlarian menuju kami. Aku, kakak sepupu perempuanku, dan juga adik laki-laki kecil kakak sepupuku yang baru 5 tahunan itu, sangat terkejut dengan kejahilan pak satpam yang sengaja melepas anjing-anjing itu untuk mengejar kami. Akhirnya kami lari terbirit-birit dan aku sudah tak sempat lagi menyelamatkan sepedaku yang masih terjatuh di atas perosotan itu. Bahkan aku pun tak sempat lagi memakai sendal jepit putih bertali hijauku untuk menapak jalan saat aku berlarian di atas aspal. Kami bertiga berlari lalu berjongkok seperti yang pernah diajarkan pada kami kalau anjing-anjing itu mengejar. Tapi apa, alhasil anjing-anjing itu tetaplah mengejar kami. Sontak saat itu juga kami lanjutkan berlari menuju jalanan besar dan meninggalkan jauh taman bermain itu. Sementara kami bertiga capek berlarian, salah seorang teman kakakku yang ikut juga, dengan santainya mengayuh sepedanya dan sudah berada jauh di depan kami seakan tak seperti dikejar anjing. Kami berlarian hingga anjing itu tak mengejar kami lagi. Rasanya, nafas kami mau habis saat itu. Betapa kami sangat membenci pak satpam jahat itu. Apakah harus dengan cara seperti itu memperingatkan anak-anak kecil. Ga ada lagi kah cara lain yang lebih penyayang untuk memperingatkan kita anak kecil polos dan sok tahu ^_^.



Saat kami tengah berhenti dan menghirup nafas panjang, kami bertemu dengan seorang tukang jagung gerobak yang sedang berjualan. Karena kami masih takut pada anjing-anjing itu dan khawatir pak satpam yang jahat itu menyuruh anjingnya mengejar kami lagi, kami pun langsung meminta bantuan ke abang tukang jagung tersebut untuk mengambilkan sepeda dan sandalku yang tadi tertinggal. Kami utarakan kronologis kejadian dengan singkat, lalu sejurus kemudian abang jagung bersedia membantu kami mengambil sepeda dan sandalku itu. Tak lama kami menunggu, akhirnya abang jagung pun kembali ke tempat kami beristirahat sejenak menghirup nafas tadi. Dan sepeda dan sandal itu pun akhirnya kembali. Terima kasih abang tukang jagung :D

Perjalanan yang meletihkan. Tak terbayang juga ketika kami harus berlari dengan adik kecil kakak sepupuku itu, rasanya terlalu tega membiarkan anak kecil umur 5 tahun dikejar segerombolan anjing. (Aku saja masih kecil, masih sempat berpikir, masih bisa bertanya pada hati nurani, lah ini, malah pak satpam itu apa gak mikir ya. Hmm). Kami semua nyaris jadi santapan anjing-anjing kelaparan. Alhamdulillah kami masih diberikan pertolongan oleh Allah dengan hadirnya abang jagung yang baik hati tadi.

Menjelang magrib, kami pulang ke rumah dengan wajah memerah seperti udang rebus dan nafas masih tersengal-sengal belum habisnya. Keringat tak henti-hentinya mengucur dan wajah diliput pasi. Kejadian hari itu, kami sembunyikan. Ayah dan ibu kami tak kami beritahu karena khawatir mereka akan memarahi kami. Bersyukurnya juga mereka tak curiga dan tak menanyakan apa-apa yang kami lakukan hari itu. Dan esok harinya, barulah kami berani bilang ^_^. Yang kami yakin, Allah bersama kami.

Sabtu, 11 Februari 2012

Kafir Quraisy Juga Mengenal Allah dan Rajin Ibadah (Lanjutan no.4 Postingan sebelumnya)

Kaum muslimin, semoga Allah meneguhkan kita di atas Islam yang haq. Sesungguhnya salah satu penyebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam pada masa sekarang ini adalah karena mereka tidak memahami hakikat kejahiliyahan yang menimpa bangsa Arab di masa silam. Mereka menyangka bahwasanya kaum kafir Quraisy jahiliyah adalah orang-orang yang tidak beribadah kepada Allah sama sekali. Atau lebih parah lagi mereka mengira bahwasanya kaum kafir Quraisy adalah orang-orang yang tidak beriman tentang adanya Allah [?!] Duhai, tidakkah mereka memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan lembaran sejarah yang tercatat rapi dalam kitab-kitab hadits ? 
Kaum Kafir Quraisy Betul-Betul Mengenal Allah

Janganlah terkejut akan hal ini, cobalah simak firman Allah ta’ala,
Dalil pertama, Allah ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus [10]: 31)
Dalil kedua, firman Allah ta’ala,
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. az-Zukhruf : 87)
Dalil ketiga, firman Allah ta’ala,
“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. al-’Ankabut: 63)
Dalil keempat, firman Allah ta’ala,
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62)
Perhatikanlah! Dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwasanya orang-orang musyrik itu mengenal Allah, mereka mengakui sifat-sifat rububiyyah-Nya yaitu Allah adalah pencipta, pemberi rezeki, yang menghidupkan dan mematikan, serta penguasa alam semesta. Namun, pengakuan ini tidak mencukupi mereka untuk dikatakan muslim dan selamat. Kenapa? Karena mereka mengakui dan beriman pada sifat-sifat rububiyah Allah saja, namun mereka menyekutukan Allah dalam masalah ibadah. Oleh karena itu, Allah katakan terhadap mereka,
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf : 106)
Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika dikatakan kepada mereka, ‘Siapa yang menciptakan langit, bumi, dan gunung?’ Mereka akan menjawab, ‘Allah’. Sedangkan mereka dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya.”

‘Ikrimah mengatakan,”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa yang menciptakan langit dan bumi? Mereka akan menjawab: Allah. Demikianlah keimanan mereka kepada Allah, namun mereka menyembah selain-Nya juga.” (Lihat Al-Mukhtashor Al-Mufid, 10-11)
Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui Allah subhanahuwata’ala adalah pencipta, pemberi rezki serta pengatur urusan hamba-hamba-Nya. Mereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan, dan tidak ada seorangpun diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari hal ini (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat) Dan janganlah anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang mempersembahkan berbagai bentuk ibadah kepada Allah ta’ala.
Kafir Quraisy Rajin Beribadah
 Anda tidak perlu merasa heran, karena inilah realita. Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah menceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang-orang yang rajin beribadah. Mereka juga menunaikan ibadah haji, bersedekah dan bahkan banyak berdzikir kepada Allah. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik juga berhaji dan melakukan thowaf adalah dalil berikut.
Dan telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdul ‘Azhim Al Anbari telah menceritakan kepada kami An Nadlr bin Muhammad Al Yamami telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar telah menceritakan kepada kami Abu Zumail dari Ibnu Abbas ia berkata; Dulu orang-orang musyrik mengatakan; “LABBAIKA LAA SYARIIKA LAKA (Aku memenuhi panggilanMu wahai Dzat yang tiada sekutu bagiMu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah kalian, cukuplah ucapan itu dan jangan diteruskan.” Tapi mereka meneruskan ucapan mereka; ILLAA SYARIIKAN HUWA LAKA TAMLIKUHU WAMAA MALAKA (kecuali sekutu bagi-Mu yang memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai).” Mereka mengatakan ini sedang mereka berthawaf di Baitullah. (HR. Muslim no. 1185)
Mengomentari pernyataan Syaikh Muhammad At Tamimi di atas, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum yang beribadah kepada Allah, akan tetapi ibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar. Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung, orang shalih, Nabi, atau bahkan malaikat. Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan, karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik. Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan penambah kedekatan diri kepada Allah. Maka hal itu pun dihukumi syirik (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)
Dua Pelajaran Berharga
Dari sepenggal kisah di atas maka ada dua buah pelajaran berharga yang bisa dipetik.
Pertama; pengakuan seseorang bahwa hanya Allah lah pencipta, pemberi rezki dan pengatur segala urusan tidaklah cukup untuk membuat dirinya termasuk dalam golongan pemeluk agama Islam. Sehingga sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa dan pengatur belum bisa menjamin terjaganya darah dan hartanya. Bahkan sekedar meyakini hal itu belum bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan Allah.
Kedua; apabila peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan menghancurkan ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak dilandasi dengan tauhid/ikhlas (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)
Dengan demikian sungguh keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwasanya tauhid itu cukup dengan mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan dengan modal anggapan yang terlanjur salah ini maka merekapun bersusah payah untuk mengajak manusia mengenali bukti-bukti alam tentang keberadaan dan keesaan wujud-Nya dan justru mengabaikan hakikat tauhid yang sebenarnya. Atau yang mengatakan bahwa selama orang itu masih mengucapkan syahadat maka tidak ada sesuatupun yang bisa membatalkan keislamannya. Atau yang membenarkan berbagai macam praktek kesyirikan dengan dalih hal itu dia lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Atau yang mengatakan bahwa para wali yang sudah meninggal itu sekedar perantara untuk bisa mendekatkan diri mereka yang penuh dosa kepada Allah yang Maha Suci. Lihatlah kebanyakan praktek kesyirikan yang merebak di tengah-tengah masyarakat Islam sekarang ini, maka niscaya alasan-alasan semacam ini -yang rapuh serapuh sarang laba-laba- yang mereka lontarkan demi melapangkan jalan mereka untuk melestarikan tradisi dan ritual-ritual syirik.
‘Kita ‘Kan Tidak Sebodoh Kafir Quraisy’
Barangkali masih ada orang yang bersikeras mengatakan,“Jangan samakan kami dengan kaum kafir Qurasiy. Sebab kami ini beragama Islam, kami cinta Islam, kami cinta Nabi, dan kami senantiasa meyakini Allah lah penguasa jagad raya ini, tidak sebagaimana mereka yang bodoh dan dungu itu!” Allahu akbar, hendaknya kita tidak terburu-buru menilai orang lain bodoh dan dungu sementara kita belum memahami keadaan mereka. Saudaraku, cermatilah firman Allah ta’ala,
“Katakanlah; ‘Milik siapakah bumi beserta seluruh isinya, jika kalian mengetahui ?’ Maka niscaya mereka akan menjawab, ‘Milik Allah’. Katakanlah,’Lalu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’ Dan tanyakanlah; ‘Siapakah Rabb penguasa langit yang tujuh dan pemilik Arsy yang agung ?’ Niscaya mereka menjawab,’Semuanya adalah milik Allah’ Katakanlah,’Tidakkah kalian mau bertakwa’ Dan tanyakanlah,’Siapakah Dzat yang di tangannya berada kekuasaan atas segala sesuatu, Dia lah yang Maha melindungi dan tidak ada yang sanggup melindungi diri dari azab-Nya, jika kalian mengetahui ?’ Maka pastilah mereka menjawab, ‘Semuanya adalah kuasa Allah’ Katakanlah,’Lantas dari jalan manakah kalian ditipu?.’” (QS. Al-Mu’minuun: 84-89)
Nah, ayat-ayat di atas demikian gamblang menceritakan kepada kita tentang realita yang terjadi pada kaum musyrikin Quraisy dahulu. Meyakini tauhid rububiyah tanpa disertai dengan tauhid uluhiyah tidak ada artinya. Maka sungguh mengherankan apabila ternyata masih ada orang-orang yang mengaku Islam, rajin shalat, rajin puasa, rajin naik haji akan tetapi mereka justru berdoa kepada Husain, Badawi, Abdul Qadir Al-Jailani. Maka sebenarnya apa yang mereka lakukan itu sama dengan perilaku kaum musyrikin Quraisy yang berdoa kepada Laata, ‘Uzza dan Manat. Mereka pun sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka minta adalah sekedar pemberi syafaat dan perantara menuju Allah. Dan mereka juga sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka jadikan perantara itu bukanlah pencipta, penguasa jagad raya dan pemeliharanya. Sungguh persis kesyirikan hari ini dengan masa silam. Sebagian orang mungkin berkomentar, “Akan tetapi mereka ini ‘kan kaum muslimin” Syaikh Shalih Al-Fauzan menjawab,“Maka kalau dengan perilaku seperti itu mereka masih layak disebut muslim, lantas mengapa orang-orang kafir Quraisy tidak kita sebut sebagai muslim juga ?! Orang yang berpendapat semacam itu tidak memiliki pemahaman ilmu tauhid dan tidak punya ilmu sedikitpun, karena sesungguhnya dia sendiri tidak mengerti hakikat tauhid” (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat, Syaikh Shalih Al-Fauzan)
***
Artikel Islam dari muslim.or.id  (dengan sedikit penambahan ilustrasi gambar oleh blogger)

5 Golongan Manusia Berdasarkan Ketergantungannya pada Allah


1.    Golongan yang Tidak Memerlukan Allah
Dalam dunia modern, mungkin kita bisa menyebutkan salah satunya adalah atheis. Tidak memiliki Tuhan sebagai kepercayaannya sehingga ia tidak memeluk sebuah agama. Ya, orang atheis tidak percaya adanya Tuhan. Mereka bukan tidak memiliki kepercayaan. Justru mereka memiliki kepercayaan yang sangat kuat namun pada hal-hal tertentu yang tidak disebutkan sebagai Tuhan.

Selain fenomena di dunia modern yang familiar kita dengar, ternyata jauh dari itu semua Al-Quran telah menyebutkan tentang golongan ini. Mari kita sama-sama membuka Al-Quran kita dan mencari beberapa ayat yang mengandung sejarah tentang golongan manusia ini, di antaranya:
  • Q.S. Al-Hajj: 42 yang artinya“Dan jika mereka(orang-orang musyrik) mendustakan engkau (Muhammad), begitu pulalah kaum-kaum sebelum mereka, kaum Nuh, ‘Ad, dan Samud (juga telah mendustakan Rasul-Rasulnya)”
  • Q.S. Al-‘Ankabuut : 38 yang berbunyi “Juga (ingatlah) kaum ‘Ad dan Samud,sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tenpat  tinggal mereka. Setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi merekadari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam”
  • Q.S. Ibrahim: 9 yang artinya “Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, `Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian) dan berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya”

Dapat kita simpulkan bahwa kaum Ad, Samud, dan kaum lainnya termasuk pada manusia golongan ini. Dan tidak menutup kemungkinan, mungkin disekitar kita juga ada golongan manusia versi modernnya. Naudzubillahiminzalik. Jangan sampai kita termasuk golongan orang-orang ini.

2.    Golongan yang Hanya Memerlukan Allah saat Ditimpa Kesulitan
Golongan manusia seperti dapat kita lihat pada Al-Quran Surat Yunus: 12 yang artinya “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.

Golongan ini terdapat dalam masa Nabi Musa As. Pada kisah Qorun dan Firaun.

3.    Golongan yang merasa perlu Allah tetapi jual mahal

Inilah kaum Bani Israil, yang terjadi juga pada masa Nabi Musa As. Dimana kaum ini banyak sekali meminta permohonan kepada Tuhan Nabi Musa ketika kaum tersebut diperintahkan untuk menyembah Allah. Mereka seakan-akan ingin memercayai tapi dengan syarat meminta pembuktian melalui Nabi Musa As. Ya, inilah golongan yang merasa perlu Allah tetapi jual mahal terhadap pengakuannya.

“Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang”, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.” (Al-Baqarah : 55)

kisah Bani Israil juga banyak dikisahkan dalam Al-Quran, salah satu di antaranya adalah dalam Q.S. Al-Baqarah.

4.    Golongan yang Merasa Perlu Allah Tetapi Tidak Mampu Mengakuinya

Golongan ini adalah golongan kaum Kafir Quraisy. (akan dibahas lebih lanjut dipostingan selanjutnya)

5.    Golongan yang Senantiasa Merasa Perlu dan Mendekatkan Diri pada Allah

Mudah-mudahan kita semua termasuk ke dalam golongan manusia ini. Aamiin Ya Allah :D
“Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir: 15)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (Al Maidah 35)


bersambung ke postingan berikutnya..

Jumat, 10 Februari 2012

Tentang Sajak yang Aku Suka

Untukmu para pejuang
Yang tak pernah lelah
Menapak jalan jihad
Menuju Surga IIlahi


dibacakan saat menjadi pembicara paskaMekkah FPPI FIK UI 2010

Kamis, 09 Februari 2012

Kenapa sih Pilih Tema Semangat??

Apa yang Anda rasakan saat mendengar kata “SEMANGAT Ya!” ?


Apakah seakan tubuh bergemuruh, atau kata yang tiba-tiba menghentak keras menghujam hati, atau seperti lecutan kuda menyambuk tubuh kita? ya, minimal seperti itulah gambaran saat kita mendapat sebuah kata motivasi dari seorang teman agar kita bangun dari keadaan. Kata-kata yang membuat kita seakan memaksa kita bangkit dari keadaan. Baik saat keadaan baik maupun buruk sekalipun. Saat baik, ianya membuat kita berada stay great atau justru lebih naik lagi tingkatannya di kondisi tersebut. Di kala buruk, tentunya membuat kita bangkit dari keadaan hingga tak ada pilihan bagi kita selain meninggalkan keterpurukan.

Semangat, diartikan banyak menurut KBBI antara lain: perasaan hati, kekuatan, kegembiraan, gairah, nafsu, hingga suatu roh untuk beberapa kalangan kepercayaan. Jadi, blog ini saya jadikan sebagai sekeping semangat saya dalam menjalani hari-hari di dunia fana ini. Mengapa hanya sekeping? Karena blog ini hanya sebagian kecil dari hidup ghina dan tentu tidaklah lengkap dibandingkan dengan dokumenter hidup saya yang senantiasa merekam hidup saya dari awal mula saya diciptakan (menjadi ruh) hingga ruh dalam jasad ini tidak ada. Ini hanya sekelumit cerita, beberapa episode yang mungkin bisa diambil pelajarannya oleh saya pribadi maupun pembaca umumnya. Maka, dengan menulis, saya menjadi terlecut lagi semangatnya. Dengan mengenang masa lalu, saya bisa mengingat kembali bahwa saya dulunya mungkin pernah berjuang pada beberapa keadaan, dan pengalaman itu semua yang bisa mencambuk saya supaya jangan pernah patah semangat, atau jangan pernah menyerah pada keadaan. Saya pun selalu ingat pada pepatah “Orang yang memiliki semangat, ianya mencintai semua yang dihadapinya”. Baik suka maupun tidak, asalkan semangat, ia pasti akan menjalaninya dengan baik. Bedakan dengan menjalaninya dengan rasa malas, akan sangat berbeda hasilnya.

Satu hal yang penting, tetapi tetap tidak mengkultuskan bahwa itu semua jerih payah diri sendiri. Jauh di atas itu semua tentunya ada yang berkuasa yaitu berkah Allah swt. yang senantiasa ridho terhadap diri ini. Oh iya, selain tentang masa lalu, saya juga ingin menulis tentang kekinian, maupun rencana akan datang. Dan mungkin, blog ini bisa menjadi sedikit tapak tilas bagi semangat-semangat itu. Saya juga hendak memakai padanan kata sehangat untuk kata semangat seperti “Dalam Dekapan Ukhuwah”nya Salim A. Fillah yang menurut saya sangat tepat memadankan kata. Kata sehangat bagaikan api yang menjalari tubuh, api kekuatan; api kegembiraan; api gairah, yang menjadikan perasaan hati (jiwa) terus melangkah menapaki hidup ke depan. Sekian dulu tulisan kali ini.

Salam hangat semangat *\^_^/*

Rabu, 08 Februari 2012

Alhamdulillah, Akhirnya Punya Blog Juga

Assalamualaykum wr.wb.
Perkenalkan namaku Ghina. Lengkapnya Ghina Sonia Fauziah. Teman-teman bebas menyapaku aapa saja, asalkan masih dalam sapaan yang baik ya.. :) hmm, Berhubung ini postingan pertama, saya mau berkata apa ya.. Bingung juga. Yang jelas, saya ingin mengucapkan syukur alhamdulillah seneng banget sudah punya blog sendiri, yang artinya sudah bisa mulai menulis sesuai kreasi sendiri sekaligus yaa sedikit-sedikit belajar design lah. Hihi :D Nulis apa aja didalemnya, lihat saja postingan-postingan selanjutnya ya. Insyaallah posting yang macem-macem kok, tapiiiii, tetep syar’i kali yaa. Harapannya, semoga blog ini bisa menjadi sumber inspirasi buat pribadi maupun pembaca yang mampir mengunjungi blog saya. Blog ini saya buat untuk lebih menggali potensi menulis yang saya yakin masing-masing individu memiliki kemampuan tersebut. Blog ini mungkin hanya sekelumit cerita hidup dari seorang ghina dan orang-orang sekitar ghina. Semoga bermanfaat ^_^
Salam Hangat Semangat \^_^/
Wassalamu’alaykum wr.wb.